Lupa
Dalam Belajar
Karya
Tulis Ilmiah
Disusun
untuk memenuhi penilaian tugas dari dosen Ns. Ferawati, S.Kep semester satu
tahun 2013/2014
Oleh : Merinda Widyawati
NIM : 01314042
Pembimbing
: Ns. Ferawati, S.Kep
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada Bojonegoro
Januari
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufik serta hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik dan
tanpa suatu halangan apapun. Maksud dan tujuan penulis menulis karya tulis ilmiah yang berjudul “Lupa dalam Belajar” adalah untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan lupa dalam pembelajaran.
Dalam mengerjakan
karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Bapak Hasan Bisri, SE.,MSA
selaku Plt Ketua STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang telah mendukung
saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2.
Ibu Nurul Jariyatin,
SH.,MKn selaku pimpinan yayasan STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang
telah mendukung saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3.
Ns. Ferawati, S.Kep
selaku dosen pembimbing dalam
melaksanakan penulisan karya tulis ilmiah.
4.
Orang Tua kami yang telah
memberikan dukungan dan motifasi.
5.
Teman-teman di STIKES
Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang banyak memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna maka
dari itu penulis mohon kritikan dan
saran yang bersifat membangun agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih
baik.
Bojonegoro,
10 Januari 2014
Penulis
ABSTRAK
Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku
ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang)
yang terjadi. Belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu Istirahat, pengetahuan tentang materi
yang dipelajari secara menyeluruh, pengertian terhadap materi yang dipelajari,
pengetahuan akan prestasi sendiri, dan transfer . Sedangkan lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau
melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori yang
terjadi karena
gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem
memori.
Dari pengalaman sehari-hari, kita
memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak
seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun
yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya
dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen
kita. Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan
teori itu. Seringkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru
sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit
pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam
ingatan.
Kata Kunci :
·
Belajar
·
Lupa
·
Ingatan
·
Waktu
·
Memori
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul..........................................................................................................i
Lembar
Pengesahan………………………………………………………………ii
Kata
Pengantar.......................................................................................................iii
Abstrak……………………………………………………………………………iv
Daftar
Isi...................................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
…………………………………................................................1
1.2 Rumusan
Masalah…..…………………………..................................................2
1.3 Hepotesis………...……………………………………………...........................2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ……......................................................................................3
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Belajar…………………...……………….….................................4
2.2
Pengertian Lupa...............................................................................................5
2.3
Ingatan ………………………….....................................................................6
2.4
Proses
Terjadinya Lupa.....................................................................................7
2.5
Faktor-Faktor
Penyebab Lupa …………………………………………...…...8
2.6
Teori-Teori
mengenai Lupa ………………………………………..….……11
2.7
Perbedaan Lupa
dengan Hilang Ingatan ……………………………...…….12
2.8
Lupa-Lupa Ingat
………………………………………………………...…..13
2.9
Cara
Meningkatkan Kemampuan Memori ……………………...……..…..14
2.10
Kiat Mengurangi
Lupa dalam Belajar…………………………………..….15
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1Rancangan/Desain
Penelitian...............................................................................18
3.2
Setting dan Subject
Penelitian.............................................................................18
3.3
Instrument Penelitian...........................................................................................18
3.4 Prosedur
Penelitian............................................................................................19
BAB
IV
PENYAJIAN
DATA dan PEMBAHASAN
4.1 Penyajian Data...................................................................................................20
4.2 Analisa
Data.......................................................................................................21
Bab
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................23
5.2
Saran...................................................................................................................23
Daftar
Pustaka........................................................................................................vi
Lampiran…………………………………………………………………………vii
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Mengapa kita bisa lupa
dengan materi yang telah kita pelajari? Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki
kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya
tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita
alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara
yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan
tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu.
Seringkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar
untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit
pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam
ingatan.
Hakikat
proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan
perubahan perbuatan melalui aktifitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor
utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas
adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan intelegensi, sedangkan
aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur
manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru dan orangtua. Faktor lainnya
ialah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, biokimia, susunan
saraf, dan respon individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.
Kategori
belajar terdiri atas keterampilan sensorimotor, yakni tindakan yang bersifat
otomatis, belajar asosiasi, yakni hubungan antara urutan kata dan objek,
keterampilan pengamatan motoris, yakni gabungan antara belajar sensiomotor
dengan belajar asosiasi, belajar konseptual, yakni gambaran mental secara umum
dan abstrak tentang situasi atau kondisi, belajar cita-cita dan sikap, dan
belajar memecahkan masalah yang menuntut kemampuan memanipulasikan ide-ide yang
abstrak.
Otak merupakan perangkat yang
paling kompleks di dunia. Triliunan sel otak memiliki fungsi
spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik
secara sadar maupun tidak sadar. Tetapi sayangnya
manusia belum mampu
mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan
semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan
berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta
untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Dari hari ke
hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan
sesuatu,tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan
dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Oleh karena itu, penulis
mengangkat judul mengenai lupa dalam belajar untuk meneliti penyebab lupa dalam
belajar.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui
mengapa kita bisa lupa,kita harus mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan
kita lupa. Oleh karena itu,masalah yang akan penulis bahas adalah apa
faktor-faktor yang menyebabkan kita menjadi lupa?
1.3
Hipotesis
Hipotesis yang penulis
ajukan dalam rumusan masalah diatas adalah lupa dapat terjadi karena sebab
gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem
memori.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
memiliki dua macam tujuan yaitu tujuan penelitian bagi peneliti dan tujuan
penelitian bagi pembaca. Tujuan penelitian bagi peneliti antara lain: supaya
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lupa dalam belajar, untuk mencegah
lupa dalam belajar, untuk menambah wawasan pengetahuan. Sedangkan tujuan
penelitian bagi pembaca antara lain : untuk menambah wawasan pengetahuan, untuk
mencegah lupa dalam belajar.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini
memiliki dua macam manfaat yaitu manfaat penelitian bagi peneliti dan manfaat
penelitian bagi pembaca. Manfaat penelitian bagi peneliti antara lain: peneliti
dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan lupa sehingga dapat melakukan
pencegahannya. Selain itu juga untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Manfaat
penelitian bagi pembaca antara lain:
pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan lupa
sehingga dapat melakukan pencegahannya. Selain itu juga untuk menambah wawasan
pengetahuan pembaca.
BAB
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Dalam bab kajian
kepustakaan ini akan dibahas mengenai pengertian belajar, pengertian
lupa,ingatan, proses terjadinya lupa, faktor-faktor penyebab lupa, teori-teori
mengenai lupa, perbedaan lupa dengan hilang ingatan, lupa-lupa ingat, cara
meningkatkan kemampuan memori, kiat mengurangi lupa dalam belajar.
2.1 Pengertian Belajar
Seorang anak mendapat
sepeda dari ayahnya. Anak tersebut akan mencoba sepeda tersebut dan mengadakan
reaksi-reaksi atas rangsang-rangsang yang ditimbulkan oleh sepeda itu. Lama
kelamaan reaksi-reaksinya makin teratur dan pada suatu saat ini dapat menguasai
sepeda itu, dan anak itu yang tadinya belum dapat naik sepeda, sekarang dapat
naik sepeda. Ini adalah salah satu contoh proses belajar. Jadi belajar adalah
suatu proses dimana suatu tingkahlaku ditimbulkan atau diperbaiki melalui
serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.
Pada manusia proses
belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama sekali
menyangkut kegiatan otak, yaitu berpikir. Dalam hubungan ini,ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar :
2.1.1
Waktu Istirahat
Khususnya
kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan
waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya,tidak
banyak kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari
punya cukup kesempatan untuk mengedap dalam ingatan.
2.1.2
Pengetahuan tentang Materi yang Dipelajari Secara Menyeluruh
Dalam mempelajari
sesuatu,lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu materi atau bahan yang
ada secara keseluruan, dan baru setelah itu dipelajari dengan lebih seksama
bagian-bagiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal ini,diperlukan taraf kecerdasan yang relatif tinggi. Makin rumit
persoalannya, makin sukarlah ditangkap materinya sebagai keseluruhan. Karena
itu,kalau memang seseorang kurang mampu, lebih baik dia mempelajari terlebih
dahulu detail-detailnya dan baru kemudian menyatukannya kedalam suatu
keseluruhan.
2.1.3
Pengertian Terhadap Materi yang Dipelajari
Kalau kita mempelajari sesuatu,maka kita harus mengerti
apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian,maka usaha belajar kita akan
menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang disuruh menghafalkan sajak bahasa
inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua
tidak dapat berbahasa inggris,maka bahan yang sama akan dihafal jauh lebih cepat
oleh orang yang pertama.
2.1.4
Pengetahuan akan Prestasi Sendiri
Kalau setiap kali kita
dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri yaitu mengetahui mana
perbuatan-perbuatan kita yang masih salah,maka akan lebih mudah kita
memperbaiki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba
terus. Dengan demikian, pengetahuan akan prestasi sendiri akan mempercepat kita
dalam mempelajari sesuatu.
2.1.5
Transfer
Pengetahuan kita
mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang
mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh
ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat positif, yaitu kalau hal yang
lalu mempermudah proses belajar yang sekarang, atau dapat juga bersifat
negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru mempersulit proses belajar yang
sekarang. Transfer positif misalnya : kemampuan mengendarai sepeda motor.
Transfer yang negatif misalnya: kemampuan kita dalam berbicara bahasa indonesia
akan mempersulit kita mempelajari bahasa inggris.
2.2
Pengertian Lupa
Lupa
menurut
arti kata adalah lepas dari ingatan,
tidak dalam pikiran (ingatan) lagi, tidak teringat,tidak sadar. Sedangkan lupa
menurut istilah adalah lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan
kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori. Selain
definisi lupa seperti yang telah diungkapkan diatas,beberapa ahli mengungkapkan
pendapat mereka mengenai pengertian lupa antara lain.
“Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan
tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat”. (Agus
Suyanto, 1993: 46)
“ Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan
satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal
tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal
yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal
yang tidak diingat”. (Sumadi
Suryabrata, 2006: 47)
Irwanto (1991 :150) menjelaskan “lupa sebagai
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali utnuk
digunakan”.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang
berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan
untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah
kita pelajari secara sederhana.
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan
lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami
atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
2.3
Ingatan
Dalam
setiap proses belajar, penting sekali fungsi ingatan. Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah
diketahui pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Tanpa ingatan
maka hampir tidak mungkin seseorang mempelajari sesuatu.
Ada beberapa cara untuk
mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya :
a. rekoleksi yaitu menimbulkan kembali
dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang
terjadi di sekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi. Contohnya seorang pria
mengingat peristiwa dimana untuk pertama kali dia pergi dengan seorang gadis.
b. pembaruan ingatan,hampir
sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan hanya timbul kalau ada hal yang
merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh diatas ingatan timbul setelah
pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkutan
c. memanggil kembali ingatan
yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain
dimasa lalu, misalnya, mengingat sajak. Yang diingat disini hanya sajaknya
saja. Tetapi pada suatu saat apa sajak itu dipelajari untuk pertama kalinya,
tidak diperhatikan lagi.
d. rekognisi yaitu mengingat
kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya,
ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu-lagu tersebut.
e. mempelajari kembali
terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari. Maka
untuk mempelajari hal yang sama kedua kalinya ini, banyak hal-hal yang akan
diingat kembali, sehingga waktu belajar dapat menjadi jauh lebih singkat
2.4 Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah
diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat
cara untuk menerangkan proses lupa antara lain sebagai berikut.
2.4.1 Apa yang telah
kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat
laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya
kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.4.2 Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan
mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a.
penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih
halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b.
penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga
yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan
tidak begitu diingat.
c. asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya,
akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan
demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli.
Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat
lagi.
2.4.3 Kalau
mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak
dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya
kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif.
Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam
ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu
dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
2.4.4 Ada kalanya
kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal
yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja
(sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi
diluar alam kesadaran kita).
Ahmad Fauzi (1997:52) mengemukakan pendapatnya sebagai
berikut.
“Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan
amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang
bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan
melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga
menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.”
2.5
Faktor – Faktor
Penyebab Lupa
(Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990) menarik kesimpulan
sebagai berikut.
“Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence
theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
1) proactive interference, 2) retroactive interference”.
Seorang siswa
akan mengalami gangguan proaktif
apabila materi
pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi
yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali.
Sebaliknya,
seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran
lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa
tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama
tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang
siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun
tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan yaitu:
a. karena item
informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima
siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam
ketidaksadaran.
b. karena item
informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi
sama dengan fenomena retroaktif.
c. karena item
informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah
sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat
yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan. Namun, perlu
ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti
tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis
yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga,lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson,
1990).
Jika seorang siswa hanya mengenal atau
mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka
kemungkinan ia akan lupa menyebut nama
hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat,lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal
sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena
ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah
dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian
ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin
juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru. (Hilgard & Bower 1975).
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
saraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan gagar otak akan
kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun
penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan
para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu
saja semua orang maklum.
Kecuali
gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan
bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang dia serap rusak
sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang
dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk
dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat
proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut
(Best, 1989; Anderson, 1990).
Menurut
pandangan ahli psikologi kognitif materi pelajaran masih terdapat dalam subsistem akal
permanen siswa namun terlalu lemah untuk dipanggil atau diingat kembali.
Buktinya banyak siswa yang mengeluh kehilangan ilmu, setelah melakukan
relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam
memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.
(Muhibbin Syah, 1996)
2.6
Teori-teori Mengenai
Lupa
Lupa merupakan
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory,
Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena
sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka
panjang.
2.6.1 Decay Theory
Teori ini
beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali
(rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam
memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau
menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli
sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya
informasi.
2.6.2 Teori Interferensi
Teori ini
beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih
ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi
karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa
terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat
informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya. Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita
sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah
interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini. Ada pula yang disebut
interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang
mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
2.6.3 Teori Retrieval Failure
Teori ini
sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk
mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat
kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian,
bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi
tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
2.6.4 Teori Motivated Forgetting
Menurut teori
ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal
yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori
psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas,
jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan
masih selalu ada.
2.6.5 Lupa karena Sebab-Sebab Fisiologis
Para peneliti
sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan
fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini
akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah
berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang
bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah
informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia
anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan
faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para
pendidik.
2.7 Perbedaan
Lupa dengan Hilang Ingatan
Seringkali pengertian
lupa dan hilang
ingatan secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan
belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi
atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu
yang pernah diingat dan dimasukan
dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Winkel (1989: 291) menjelaskan,” kenyataan bahwa seseorang tidak dapat
mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal
yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa”.
Sejumlah kesan
yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah
hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan
kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian
kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan asosiasi atau bisa juga karena
kemauan yang keras melakukan reproduksi dengan pengandalan konsentrasi.
Oleh karena
itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gulo (1982) dan
Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
“lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu
saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang
hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar”.( Muhibbin Syah,
1999: 151)
Gangguan-gangguan
yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun
jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi
yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi
retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang
lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru
dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990)
2.8
Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat
tidak sama dengan melupakan. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Sedangkan
lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar,
tetapi kurang pasti).
Kadang-kadang
kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah
kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita
ingat itu, mungkin nama seorang
teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan
nasional dan sebagainya.
Syaiful Bahri Djamarah (2008: 207-209) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Pengorganisasian
struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa
ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi
samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal
yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar
dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat
adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk
gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa,tetapi kurang pasti.
2.9
Cara Meningkatkan
Kemampuan Memori
Secara umum
usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan
sebagai berikut:
2.9.1 Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan atau rekan. Mekanisme dalam proses mengingat
sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari.
Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena dia mampu
menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2.9.2 Bahan-bahan
yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai
hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di atas, jelas bahwa
memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan
hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat,
nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel
cues atau karena itu mempermudah recognition.
2.9.3 Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu
pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani:
mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi
sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga
informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah satu
metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci=
locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang dia kenal dengan
baik, misalnya rumahnya. Dia membayangkan
dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Dia membayangkan
benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu,
dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian dia
diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
Metode mnemonik
lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu
menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga
mempunyai arti, walau terkadang lucu.
Orang yang baru
belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang amat kompleks. Untuk itu
cara seperti berikut sering banyak membantu:
a. Nada-nada yang
naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Vitamin
b. Nada-nada yang
turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang
mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan
sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning
Hijau Biru Nila Ungu
(Irwanto, 1991: 152-158)
menjelaskan,”Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu
akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam
jembatan
keledai yang
pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain)”.
2.10
Kiat Mengurangi Lupa
dalam Belajar
Kiat terbaik
untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa.
Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya,
antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
2.10.1 Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang
melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan
pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh
yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila
pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih
kuat.
2.10.2 Extra Study
Time
Extra Study
Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi
belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini
dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
2.10.3 Mnemonic Device
Mnemonic device
(muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus
yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
2.10.4 Pengelompokkan
Maksud dari kiat
pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
2.10.5 Latihan Terbagi
Lawan latihan
terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam
latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya
demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi
secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed
practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang
efisien.
2.10.6 Pengaruh Letak Bersambung
Untuk
memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata kata (nama,
istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus
diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan
menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari
kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang
ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan
diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah,
1996)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III akan
membahas mengenai metode yang dilakukan ketika melakukan peneltian antara lain
adalah rancangan / desain penelitian, setting dan subjek penelitian,instrument
penelitian, prosedur penelitian, prosedur penyajian data dan analisis data.
3.1 Rancangan/Desain
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode kuesioner atau yang lebih sering disebut angket yaitu
metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab
atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan. Angket pada
penelitian ini mempunyai dua bagian penting yaitu bagian yang mengandung data
identitas dan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan jenis
angket yang digunakan adalah angket langsung dengan pertanyaan terbuka dan
tertutup.
3.2 Setting dan Subjek
Penelitian
3.2.1 Setting
Tempat
penelitian : desa Sumberagung,
kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro
Waktu
penelitian : 4 Januari 2014
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah
penduduk desa Sumberagung yang masih usia remaja dan bersekolah di
SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat.
3.3 Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan penelitian ini antara lain:
3.3.1
Angket dengan
pertanyaan terbuka dan tertutup
3.3.2
Lembar jawaban
3.3.3
Alat tulis
3.3.4
Subjek penelitian
3.3.5
Buku-buku referensi
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini antara lain:
3.4.1 Menentukan masalah yang akan diteliti
3.4.2 Membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti
3.4.3 Mencari
data dengan menyebarkan angket dengan pertanyaan terbuka dan tertutup kepada
penduduk desa Sumberagung yang berusia remaja dan menyandang status sebagai
pelajar SMP/Sederajat atau SMA/Sederajat
3.4.4 Menganalisa
penyebab lupa dalam belajar dari jawaban yang ditulis oleh subjek penelitian
dengan menggunakan buku referensi
3.4.5 Menyusun hasil penelitian dalam bentuk
laporan penelitian
BAB
IV
PENYAJIAN
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Data-data
yang berhasil penulis himpun dari penyebaran angket terhadap penduduk desa
Sumberagung yang berusia remaja dan masih menyandang status sebagai pelajar
SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat sebagai berikut.
no.
|
Subjek Penelitian
|
Nomor pertanyaan yang
dijawab
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
a
|
b
|
c
|
|
|
|
|
|
||
1
|
person 1
|
A
|
A
|
√
|
B
|
X
|
X
|
√
|
TIK
|
ya
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
2
|
person 2
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Biologi
|
tidak
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
3
|
person 3
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Biologi
|
ya
|
√
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
4
|
person 4
|
A
|
A
|
√
|
B
|
X
|
X
|
√
|
Fisika
|
tidak
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
5
|
person 5
|
A
|
A
|
√
|
B
|
X
|
X
|
√
|
TIK
|
tidak
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
6
|
person 6
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Geografi
|
tidak
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
7
|
person 7
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Biologi
|
tidak
|
x
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
8
|
person 8
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
TIK
|
ya
|
√
|
x
|
x
|
√
|
B
|
X
|
9
|
person 9
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Geografi
|
tidak
|
x
|
x
|
√
|
√
|
B
|
X
|
10
|
person 10
|
A
|
A
|
√
|
A
|
X
|
X
|
√
|
Sejarah
|
tidak
|
x
|
x
|
√
|
√
|
B
|
X
|
Keterangan:
|
||||||||||||||||
√ :
dapat/bisa
X : tidak dapat/tidak bisa
A : pilihan jawaban dalam angket yaitu ‘’A’’
B : pilihan jawaban dalam angket yaitu “B”
a : subsoal pada nomor 8
b : subsoal pada nomor 8
c : subsoal pada nomor 8
nomor
1-13 merupakan nomor soal pada angket
|
4.2 Analisis Data
Pada
penelitian ini menggunakan 10 orang yang berbeda sebagai subjek penelitian.
Pada soal nomor satu dan nomor dua, soal
berbentuk pilihan tertutup dan merupakan soal untuk memacu supaya otak mulai bekerja dengan tipe
soal yang sederhana. Pada nomor soal tersebut subjek penelitian menyatakan
bahwa dia memang sering mengalami lupa dalam belajar dan dia mampu mengingat
nama-nama keluarganya dengan baik.
Soal
nomor tiga memiliki hubungan dengan soal nomor lima. tipe soal ini mengacu pada
interference theory (teori mengenai
gangguan) yaitu retroactive
interference. Seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi
pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalm subsistem akal permanen
siswa tersebut. Hasilnya,setelah subjek penelitian mampu memahami dan menghafal
soal pada nomor tiga,dia tidak mampu
untuk mengingatnya lagi pada soal nomor lima yang mirip dengan soal nomor tiga.
Soal
nomor empat merupakan soal sederhana yang dimaksudkan untuk merenggangkan
sel-sel saraf otak setelah memahami dan menghafal pada soal nomor tiga. Pada soal nomor empat,tujuh dari
sepuluh subjek penelitian menyatakan bahwa dirinya menyukai pelajaran yang
banyak mengandung teori daripada hitungan.
Soal
nomor enam merupakan soal sederhana
untuk menguji bahwa lupa juga disebabkan karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson,1990). Jika
seseorang hanya mempelajari atau
mengenal lewat gambar-gambar maka kemungkinan dia akan lupa menyebut karakter
asli setelah dia melihatnya secara langsung. Dari data yang diperoleh,bahwa
subjek penelitian lupa menyebut fisik asli teman facebooknya setelah bertemu langsung .
Soal
nomor tujuh memiliki hubungan dengan
soal pada nomor sebelas dan tiga belas. Tipe soal ini mengacu pada interference
theory (teorimengenai gangguan) yaitu proactive interference. Seorang siswa
akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran
baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah
materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah
dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dari data yang diperoleh,subjek
penelitian tidak dapat menjawab soal
pada nomor tiga belas.
Soal
nomor delapan subjek penelitian menjawab mata pelajaran yang di sukainya
setahun yang lalu dengan sekarang. Dari data yang diperoleh,dua dari sepuluh
orang menjawab bahwa ia masih mengingat materi pelajaran yang disukainya
setahun yang lalu. Dalam hal ini, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan
minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun
seorang siswa telah mengikuti proses belajar dengan tekun, tetapi karena
sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti
ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Pada
soal nomor sembilan, subjek penelitian menyatakan bahwa dia tidak dapat
mengingat sifat-sifat bangun ruang yang pernah dipelajarinya di sekolah dasar.
Dalam hal ini, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai
tidak penah digunakan atau dihafalkan.
Pada
soal nomor sepuluh ,dua dari sepuluh orang menjawab bahwa mereka pernah
terbentur kepalanya karena kecelakaan. Dan pada soal nomor dua belas, subjek
penelitian menjawab bahwa mereka tidak pernah keracunan makanan. Dalam hal ini,
lupa dapat terjadi karena perubahan urat saraf otak. Penyebabnya bisa karena
kepalanya pernah terbentur atau keracunan makanan.
BAB
V
PENUTUP
Dalam
penutup ini akan membahas tentang kesimpulan dari penelitian ini dan
saran-saran yang membangun untuk
mencegah lupa.
5.1
Kesimpulan
Belajar
pada manusia sangat erat hubungannya dengan proses berpikir. Berpikir adalah
tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolir. Apa yang telah
kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat
laun jejak materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya
kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
Sedangkan
penyebab lupa antara lain: karena mengalami gangguan proaktif dan gangguan
retroaktif,lupa karena tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun
tidak,lupa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar denan waktu
mengingat kembali,lupa karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
dan situasi belajar tertentu, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang
telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa, lupa dapat terjadi
karena perubahan urat saraf otak.
5.2
Saran
Saran-saran
penulis untuk mencegah lupa antara lain :Overlearning
(belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu, Extra Study
Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, Mnemonic device
(muslihat memorisering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang
dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam
sistem akal siswa,
(clustering)
ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi
dan lafal yang sama atau sangat mirip, Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah
massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena
mendorong siswa melakukan cramming, menyusun daftar kata kata (nama,
istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah,Muhibbin.2001.Psikologi Belajar.PT Logos Wacana Ilmu: Jakarta
Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Andi Offsite:Yogyakarta
Purwo.2010.Penyakit
Lupa.(Online)
Lampiran 1(1 Lembar)
LEMBAR
IDENTITAS
Nama :
Kelas :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Kelas :
Lampiran 2 (2 Lembar ) :
Lembar
pertanyaan 1
1. Apakah
kamu sering lupa terhadap apa yang telah kamu pelajari?
2. Pahami
dan hafalkan kalimat dibawah ini:
·
Retinol = antiseroftalmia
·
Ergostrerol = kalsiferol
·
Tokoferol = antisrerilitas
·
Filokuinon = antihemoragia
3. Lebih
senang manakah anda pelajaran yang banyak teori dengan yang banyak hitungan?
4. Pertanyaan
berada di lembar pertanyaan II
5. Suatu
ketika kamu diajak ketemuan dengan teman yang kamu kenali di facebookmu secara
langsung dan kamu hafal sekali dengan foto temanmu itu di facebooknya. apakah
kamu dapat menceritakan bagaimana wajah asli teman yang kamu kenali lewat
facebook itu kepada ibu/temanmu?
6. Pahami
dan hafalkan kalimat dibawah ini:
““asam
amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia dengan bahan baku asam amino
lainnya diantaranya alanin,asparagin,asam aspartat,asam glutamate,glutamine,dan
prolin’
7.
ü Mata
pelajaran apakah yang kamu senangi setahun yang lalu?
ü Apakah
apakah kamu masih menyukai pelajaran tersebut saat ini?
ü Dapatkah
kamu mengingat materi pelajaran yang kamu senangi setahun lalu tersebut
sekarang?
8. Apakah kamu masih dapat
menentukan sifat sifat bangun ruang sederhana yang pernah kamu pelajari
disekolah dasar?
9. Penahkah kamu kecelakaan hingga
menyebabkan kepalamu terbentur?
10.
Pahami dan hafalkan kalimat berikut ini:
“‘asam amino esensial
adalah asam amino yang diperoleh dari luar tubuh karena sel sel tubuh tidak
dapat mensintesisnya seperti isoleusin,treonin,leusin.’’
11.
Apakah kamu pernah keracunan?
12.
Tulis kata yang telah kamu pahami dan hafalkan pada nomor 6 dilembar jawaban
yang telah disediakan.
Lampiran
3 (1 Lembar) :
Lembar
pertanyaan II:
·
Pertanyaan untuk nomor
4:
Pahami
dan hafalkan kalimat dibawah ini:
·
Retinol = kalsiferol
·
Ergostrerol =antihemoragia
·
Tokoferol = antisrerilitas
·
Filokuinon = antihemoragia
Manakah diantara
pasangan berikut yang tepat?
a. 1,2,dan
3 benar
b. 1
dan 4 benar
c. 2,3,
dan 4 benar
d.
4 saja yang benar
e. Semuanya
salah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar