Laman

Senin, 13 Januari 2014

TUGAS KARYA ILMIAH


Lupa Dalam Belajar
Karya Tulis Ilmiah
Disusun untuk memenuhi penilaian tugas dari dosen Ns. Ferawati, S.Kep semester satu tahun 2013/2014
Oleh                : Merinda Widyawati
NIM                : 01314042
Pembimbing    : Ns. Ferawati, S.Kep

www.widhiemerynda.blogspot.com


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada Bojonegoro
Januari 2014




KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik dan tanpa suatu halangan apapun. Maksud dan tujuan penulis menulis  karya tulis ilmiah yang berjudul “Lupa dalam Belajar” adalah untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan lupa dalam pembelajaran.
         Dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.    Bapak Hasan Bisri, SE.,MSA selaku Plt Ketua STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2.    Ibu Nurul Jariyatin, SH.,MKn selaku pimpinan yayasan STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3.      Ns. Ferawati, S.Kep selaku  dosen pembimbing dalam melaksanakan penulisan karya tulis ilmiah.
4.      Orang Tua kami yang telah memberikan dukungan dan motifasi.
5.      Teman-teman di STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro yang banyak memberi dukungan.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna maka dari itu penulis mohon kritikan dan  saran yang bersifat membangun agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.
                                                                       
Bojonegoro, 10 Januari 2014

                                                                        Penulis
ABSTRAK

            Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi. Belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu Istirahat, pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh, pengertian terhadap materi yang dipelajari, pengetahuan akan prestasi sendiri, dan transfer . Sedangkan lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori yang terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita. Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Seringkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.


Kata Kunci :
·         Belajar
·         Lupa
·          Ingatan
·         Waktu
·         Memori

DAFTAR ISI


Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan………………………………………………………………ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Abstrak……………………………………………………………………………iv
Daftar Isi...................................................................................................................v
BAB I                            
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………................................................1
1.2 Rumusan Masalah…..…………………………..................................................2
1.3  Hepotesis………...……………………………………………...........................2
1.4  Tujuan Penelitian ................................................................................................2
1.5  Manfaat Penelitian ……......................................................................................3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1        Pengertian Belajar…………………...……………….….................................4
2.2         Pengertian Lupa...............................................................................................5
2.3         Ingatan ………………………….....................................................................6
2.4        Proses Terjadinya Lupa.....................................................................................7
2.5        Faktor-Faktor Penyebab Lupa …………………………………………...…...8
2.6        Teori-Teori mengenai Lupa ………………………………………..….……11
2.7        Perbedaan Lupa dengan Hilang Ingatan ……………………………...…….12
2.8        Lupa-Lupa Ingat ………………………………………………………...…..13
2.9        Cara Meningkatkan Kemampuan Memori ……………………...……..…..14
2.10    Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar…………………………………..….15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Rancangan/Desain Penelitian...............................................................................18
3.2 Setting dan Subject Penelitian.............................................................................18
3.3 Instrument Penelitian...........................................................................................18
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................................19
BAB IV
PENYAJIAN DATA dan PEMBAHASAN
4.1 Penyajian Data...................................................................................................20
4.2 Analisa Data.......................................................................................................21
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................23
5.2 Saran...................................................................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................vi
Lampiran…………………………………………………………………………vii



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang Masalah
Mengapa kita bisa lupa dengan materi yang telah kita pelajari?  Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Seringkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktifitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan intelegensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru dan orangtua. Faktor lainnya ialah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, biokimia, susunan saraf, dan respon individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.
Kategori belajar terdiri atas keterampilan sensorimotor, yakni tindakan yang bersifat otomatis, belajar asosiasi, yakni hubungan antara urutan kata dan objek, keterampilan pengamatan motoris, yakni gabungan antara belajar sensiomotor dengan belajar asosiasi, belajar konseptual, yakni gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi atau kondisi, belajar cita-cita dan sikap, dan belajar memecahkan masalah yang menuntut kemampuan memanipulasikan ide-ide yang abstrak.
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Triliunan sel otak memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tidak sadar. Tetapi sayangnya manusia belum mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu,tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul mengenai lupa dalam belajar untuk meneliti penyebab lupa dalam belajar.
1.2        Rumusan Masalah
Untuk mengetahui mengapa kita bisa lupa,kita harus mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan kita lupa. Oleh karena itu,masalah yang akan penulis bahas adalah apa faktor-faktor yang menyebabkan kita menjadi lupa?

1.3        Hipotesis
Hipotesis yang penulis ajukan dalam rumusan masalah diatas adalah lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
1.4        Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini memiliki dua macam tujuan yaitu tujuan penelitian bagi peneliti dan tujuan penelitian bagi pembaca. Tujuan penelitian bagi peneliti antara lain: supaya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lupa dalam belajar, untuk mencegah lupa dalam belajar, untuk menambah wawasan pengetahuan. Sedangkan tujuan penelitian bagi pembaca antara lain : untuk menambah wawasan pengetahuan, untuk mencegah lupa dalam belajar.
1.5        Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini memiliki dua macam manfaat yaitu manfaat penelitian bagi peneliti dan manfaat penelitian bagi pembaca. Manfaat penelitian bagi peneliti antara lain: peneliti dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan lupa sehingga dapat melakukan pencegahannya. Selain itu juga untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Manfaat penelitian bagi pembaca antara lain:  pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan lupa sehingga dapat melakukan pencegahannya. Selain itu juga untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca.








BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

 Dalam bab kajian kepustakaan ini akan dibahas mengenai pengertian belajar, pengertian lupa,ingatan, proses terjadinya lupa, faktor-faktor penyebab lupa, teori-teori mengenai lupa, perbedaan lupa dengan hilang ingatan, lupa-lupa ingat, cara meningkatkan kemampuan memori, kiat mengurangi lupa dalam belajar.
2.1       Pengertian Belajar
Seorang anak mendapat sepeda dari ayahnya. Anak tersebut akan mencoba sepeda tersebut dan mengadakan reaksi-reaksi atas rangsang-rangsang yang ditimbulkan oleh sepeda itu. Lama kelamaan reaksi-reaksinya makin teratur dan pada suatu saat ini dapat menguasai sepeda itu, dan anak itu yang tadinya belum dapat naik sepeda, sekarang dapat naik sepeda. Ini adalah salah satu contoh proses belajar. Jadi belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkahlaku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.
Pada manusia proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berpikir. Dalam hubungan ini,ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar :
2.1.1        Waktu Istirahat
Khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya,tidak banyak kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengedap dalam ingatan.


2.1.2        Pengetahuan tentang Materi yang Dipelajari Secara Menyeluruh
Dalam mempelajari sesuatu,lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu materi atau bahan yang ada secara keseluruan, dan baru setelah itu dipelajari dengan lebih seksama bagian-bagiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal ini,diperlukan taraf  kecerdasan yang relatif tinggi. Makin rumit persoalannya, makin sukarlah ditangkap materinya sebagai keseluruhan. Karena itu,kalau memang seseorang kurang mampu, lebih baik dia mempelajari terlebih dahulu detail-detailnya dan baru kemudian menyatukannya kedalam suatu keseluruhan.
2.1.3        Pengertian Terhadap Materi yang Dipelajari
            Kalau kita mempelajari sesuatu,maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian,maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang disuruh menghafalkan sajak bahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris,maka bahan yang sama akan dihafal jauh lebih cepat oleh orang yang pertama.
2.1.4        Pengetahuan akan Prestasi Sendiri
Kalau setiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri yaitu mengetahui mana perbuatan-perbuatan kita yang masih salah,maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus. Dengan demikian, pengetahuan akan prestasi sendiri akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.
2.1.5        Transfer
Pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat positif, yaitu kalau hal yang lalu mempermudah proses belajar yang sekarang, atau dapat juga bersifat negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru mempersulit proses belajar yang sekarang. Transfer positif misalnya : kemampuan mengendarai sepeda motor. Transfer yang negatif misalnya: kemampuan kita dalam berbicara bahasa indonesia akan mempersulit kita mempelajari bahasa inggris.

2.2              Pengertian Lupa
          Lupa menurut arti kata adalah  lepas dari ingatan, tidak dalam pikiran (ingatan) lagi, tidak teringat,tidak sadar. Sedangkan lupa menurut istilah adalah lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori. Selain definisi lupa seperti yang telah diungkapkan diatas,beberapa ahli mengungkapkan pendapat mereka mengenai pengertian lupa antara lain.
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Irwanto (1991 :150) menjelaskan “lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk  digunakan.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana.
 Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
2.3              Ingatan
Dalam setiap proses belajar, penting sekali fungsi ingatan. Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Tanpa ingatan maka hampir tidak mungkin seseorang mempelajari sesuatu.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya :
a.    rekoleksi yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi. Contohnya seorang pria mengingat peristiwa dimana untuk pertama kali dia pergi dengan seorang gadis.
b.   pembaruan ingatan,hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh diatas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkutan
c.    memanggil kembali ingatan yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain dimasa lalu, misalnya, mengingat sajak. Yang diingat disini hanya sajaknya saja. Tetapi pada suatu saat apa sajak itu dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
d.   rekognisi yaitu mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya, ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu-lagu tersebut.
e.    mempelajari kembali terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita pelajari. Maka untuk mempelajari hal yang sama kedua kalinya ini, banyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga waktu belajar dapat menjadi jauh lebih singkat

2.4       Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa antara lain sebagai berikut.
2.4.1    Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.4.2    Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c.  asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
2.4.3    Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
2.4.4    Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita).
Ahmad Fauzi (1997:52) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
“Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.”

2.5              Faktor – Faktor Penyebab Lupa
(Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990) menarik kesimpulan sebagai berikut.
“Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)      proactive interference, 2) retroactive interference”.
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan yaitu:
a.    karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b.      karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c.       karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan. Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga,lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
 Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat,lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru. (Hilgard & Bower 1975).
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat saraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gagar otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang dia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Menurut pandangan ahli psikologi kognitif materi pelajaran masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk dipanggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh kehilangan ilmu, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996)
2.6               Teori-teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
2.6.1    Decay Theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
2.6.2    Teori Interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya. Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini. Ada pula yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
2.6.3    Teori Retrieval Failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
2.6.4    Teori Motivated Forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
2.6.5    Lupa karena Sebab-Sebab Fisiologis
Para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
2.7      Perbedaan Lupa dengan Hilang Ingatan
Seringkali pengertian lupa dan hilang ingatan secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah diingat dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Winkel (1989: 291) menjelaskan,” kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa”.
Sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan asosiasi atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan reproduksi dengan pengandalan konsentrasi.
Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gulo (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu  yang pernah dipelajari atau dialami.
lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.( Muhibbin Syah, 1999: 151) 
Gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990)
2.8              Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat tidak sama dengan melupakan. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti). Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat itu, mungkin nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan nasional dan sebagainya.
Syaiful Bahri Djamarah (2008: 207-209) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa,tetapi kurang pasti.
2.9              Cara Meningkatkan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
2.9.1    Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan atau rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena dia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2.9.2    Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di atas, jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
2.9.3    Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang dia kenal dengan baik, misalnya rumahnya. Dia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Dia membayangkan benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian dia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
            Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga mempunyai arti, walau terkadang lucu.
            Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang amat kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak membantu:
a.       Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Vitamin
b.      Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
(Irwanto, 1991: 152-158)  menjelaskan,”Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam jembatan keledai yang pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain).
2.10          Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
2.10.1  Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2.10.2  Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
2.10.3  Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
2.10.4  Pengelompokkan
Maksud dari kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
2.10.5  Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
2.10.6  Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996)









BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam bab III akan membahas mengenai metode yang dilakukan ketika melakukan peneltian antara lain adalah rancangan / desain penelitian, setting dan subjek penelitian,instrument penelitian, prosedur penelitian, prosedur penyajian data dan analisis data.
3.1       Rancangan/Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner atau yang lebih sering disebut angket yaitu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan. Angket pada penelitian ini mempunyai dua bagian penting yaitu bagian yang mengandung data identitas dan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dengan pertanyaan terbuka dan tertutup.
3.2       Setting dan Subjek Penelitian
3.2.1    Setting
Tempat penelitian        : desa Sumberagung, kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro
Waktu penelitian         : 4 Januari 2014
3.2.2    Subjek Penelitian
            Subjek dari penelitian ini adalah penduduk desa Sumberagung yang masih usia remaja dan bersekolah di SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat.
3.3       Instrumen Penelitian
            Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian ini antara lain:
3.3.1        Angket dengan pertanyaan terbuka dan tertutup
3.3.2        Lembar jawaban
3.3.3        Alat tulis
3.3.4        Subjek penelitian
3.3.5        Buku-buku referensi
3.4       Prosedur Penelitian
            Prosedur penelitian ini antara lain:
3.4.1    Menentukan masalah yang akan diteliti
3.4.2    Membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
3.4.3      Mencari data dengan menyebarkan angket dengan pertanyaan terbuka dan tertutup kepada penduduk desa Sumberagung yang berusia remaja dan menyandang status sebagai pelajar SMP/Sederajat atau SMA/Sederajat
3.4.4      Menganalisa penyebab lupa dalam belajar dari jawaban yang ditulis oleh subjek penelitian dengan menggunakan buku referensi
3.4.5    Menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian









BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1       Data
Data-data yang berhasil penulis himpun dari penyebaran angket terhadap penduduk desa Sumberagung yang berusia remaja dan masih menyandang status sebagai pelajar SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat sebagai berikut.
no.
Subjek Penelitian
Nomor pertanyaan yang dijawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13







a
b
c





1
person 1
A
A
B
X
X
TIK
ya
x
x
x
B
X
2
person 2
A
A
A
X
X
Biologi
tidak
x
x
x
B
X
3
person 3
A
A
A
X
X
Biologi
ya
x
x
B
X
4
person 4
A
A
B
X
X
Fisika
tidak
x
x
x
B
X
5
person 5
A
A
B
X
X
TIK
tidak
x
x
x
B
X
6
person 6
A
A
A
X
X
Geografi
tidak
x
x
x
B
X
7
person 7
A
A
A
X
X
Biologi
tidak
x
x
x
B
X
8
person 8
A
A
A
X
X
TIK
ya
x
x
B
X
9
person 9
A
A
A
X
X
Geografi
tidak
x
x
B
X
10
person 10
A
A
A
X
X
Sejarah
tidak
x
x
B
X
Keterangan:

 √ : dapat/bisa
X : tidak dapat/tidak bisa
A : pilihan jawaban dalam angket yaitu ‘’A’’
B : pilihan jawaban dalam angket yaitu “B”
a : subsoal pada nomor 8
b : subsoal pada nomor 8
c : subsoal pada nomor 8
nomor  1-13 merupakan nomor soal pada angket


4.2      
Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan 10 orang yang berbeda sebagai subjek penelitian. Pada soal nomor  satu dan nomor dua, soal berbentuk pilihan tertutup dan merupakan soal untuk  memacu supaya otak mulai bekerja dengan tipe soal yang sederhana. Pada nomor soal tersebut subjek penelitian menyatakan bahwa dia memang sering mengalami lupa dalam belajar dan dia mampu mengingat nama-nama keluarganya dengan baik.
Soal nomor tiga memiliki hubungan dengan soal nomor lima. tipe soal ini mengacu pada interference theory  (teori mengenai gangguan) yaitu  retroactive interference. Seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalm subsistem akal permanen siswa tersebut. Hasilnya,setelah subjek penelitian mampu memahami dan menghafal soal pada  nomor tiga,dia tidak mampu untuk mengingatnya lagi pada soal nomor lima yang mirip  dengan soal nomor tiga.
Soal nomor empat merupakan soal sederhana yang dimaksudkan untuk merenggangkan sel-sel saraf otak setelah memahami dan menghafal pada soal nomor  tiga. Pada soal nomor empat,tujuh dari sepuluh subjek penelitian menyatakan bahwa dirinya menyukai pelajaran yang banyak mengandung teori daripada hitungan.
Soal nomor  enam merupakan soal sederhana untuk menguji bahwa lupa juga disebabkan karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson,1990). Jika seseorang hanya  mempelajari atau mengenal lewat gambar-gambar maka kemungkinan dia akan lupa menyebut karakter asli setelah dia melihatnya secara langsung. Dari data yang diperoleh,bahwa subjek penelitian lupa menyebut fisik asli teman facebooknya  setelah bertemu langsung .
Soal nomor tujuh  memiliki hubungan dengan soal pada nomor sebelas dan tiga belas. Tipe soal ini mengacu pada interference theory (teorimengenai gangguan) yaitu proactive interference. Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dari data yang diperoleh,subjek penelitian tidak dapat menjawab  soal pada nomor  tiga belas.
Soal nomor delapan subjek penelitian menjawab mata pelajaran yang di sukainya setahun yang lalu dengan sekarang. Dari data yang diperoleh,dua dari sepuluh orang menjawab bahwa ia masih mengingat materi pelajaran yang disukainya setahun yang lalu. Dalam hal ini, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar dengan tekun, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Pada soal nomor sembilan, subjek penelitian menyatakan bahwa dia tidak dapat mengingat sifat-sifat bangun ruang yang pernah dipelajarinya di sekolah dasar. Dalam hal ini, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak penah digunakan atau dihafalkan.
Pada soal nomor sepuluh ,dua dari sepuluh orang menjawab bahwa mereka pernah terbentur kepalanya karena kecelakaan. Dan pada soal nomor dua belas, subjek penelitian menjawab bahwa mereka tidak pernah keracunan makanan. Dalam hal ini, lupa dapat terjadi karena perubahan urat saraf otak. Penyebabnya bisa karena kepalanya pernah terbentur atau keracunan makanan.



BAB V
PENUTUP

Dalam penutup ini akan membahas tentang kesimpulan dari penelitian ini dan saran-saran yang  membangun untuk mencegah lupa.
5.1       Kesimpulan
Belajar pada manusia sangat erat hubungannya dengan proses berpikir. Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolir. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
Sedangkan penyebab lupa antara lain: karena mengalami gangguan proaktif dan gangguan retroaktif,lupa karena tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak,lupa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar denan waktu mengingat kembali,lupa karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa, lupa dapat terjadi karena perubahan urat saraf otak.

5.2       Saran
Saran-saran penulis untuk mencegah lupa antara lain  :Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu, Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, Mnemonic device (muslihat memorisering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa, (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip, Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, menyusun daftar kata kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.


DAFTAR PUSTAKA

Syah,Muhibbin.2001.Psikologi Belajar.PT Logos Wacana Ilmu: Jakarta
Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Andi Offsite:Yogyakarta
Purwo.2010.Penyakit Lupa.(Online)
            http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar



Lampiran 1(1 Lembar)

LEMBAR IDENTITAS


Nama   :
Kelas   :
Umur   :
Pendidikan terakhir :
Kelas   :



Lampiran 2 (2 Lembar ) :

Lembar pertanyaan 1

1.      Apakah kamu sering lupa terhadap apa yang telah kamu pelajari?
2.      Pahami dan hafalkan kalimat dibawah ini:
·         Retinol                        = antiseroftalmia
·         Ergostrerol      = kalsiferol
·         Tokoferol        = antisrerilitas
·         Filokuinon       = antihemoragia
3.      Lebih senang manakah anda pelajaran yang banyak teori dengan yang banyak hitungan?
4.      Pertanyaan berada di lembar pertanyaan II
5.      Suatu ketika kamu diajak ketemuan dengan teman yang kamu kenali di facebookmu secara langsung dan kamu hafal sekali dengan foto temanmu itu di facebooknya. apakah kamu dapat menceritakan bagaimana wajah asli teman yang kamu kenali lewat facebook itu kepada ibu/temanmu?
6.      Pahami dan hafalkan kalimat dibawah ini:
““asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia dengan bahan baku asam amino lainnya diantaranya alanin,asparagin,asam aspartat,asam glutamate,glutamine,dan prolin’
7.       
ü  Mata pelajaran apakah yang kamu senangi setahun yang lalu?
ü  Apakah apakah kamu masih menyukai pelajaran tersebut saat ini?
ü  Dapatkah kamu mengingat materi pelajaran yang kamu senangi setahun lalu tersebut sekarang?
8. Apakah kamu masih dapat menentukan sifat sifat bangun ruang sederhana yang pernah kamu pelajari disekolah dasar?
9. Penahkah kamu kecelakaan hingga menyebabkan kepalamu terbentur?
10. Pahami dan hafalkan kalimat berikut ini:
“‘asam amino esensial adalah asam amino yang diperoleh dari luar tubuh karena sel sel tubuh tidak dapat mensintesisnya seperti isoleusin,treonin,leusin.’’
11. Apakah kamu pernah keracunan?
12. Tulis kata yang telah kamu pahami dan hafalkan pada nomor 6 dilembar jawaban yang telah disediakan.



Lampiran 3 (1 Lembar) :
Lembar pertanyaan II:

·        Pertanyaan untuk nomor 4:
Pahami dan hafalkan kalimat dibawah ini:
·        Retinol             = kalsiferol
·        Ergostrerol      =antihemoragia
·        Tokoferol        = antisrerilitas
·        Filokuinon       = antihemoragia

Manakah diantara pasangan berikut yang tepat?
a.     1,2,dan 3 benar
b.     1 dan 4 benar
c.      2,3, dan 4 benar
d.     4 saja yang benar
e.      Semuanya salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran

Search