Laman

Minggu, 01 Desember 2013

Tugas Merangkum Filsafat Keperawatan


Rangkuman :
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN CERMIN TERHADAP KEMAMPUAN BICARA PADA PASIEN STROKE DENGAN AFASIA MOTORIK

I.                  Pendahuluan
            Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer dan Bare,21001,hlmn 2131). Stroke juga merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttakin,2008,hlmn 234).
            Masalah yang timbul akibat stroke sangat bervariasi, tergantuk pada luasnya daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan dan lokasi yang terkena (Rasyid,2007,hlmn 53). Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara,kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia (Mulyatsih,2008,hlm 36).
            Secara umum afasia terbagi kedalam tiga jenis,yaitu afasia motorik,afasia sensorik dan afasia global. Afasia motorik,kerusakan (yang pada umumnya disebut lesion ) terjadi pada daerah broca. Karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor maka yang sering terjadi adalah alat-alat ujaran, termasuk bentuk mulut menjadi terganggu,kadang-kadang mulut bisa mencong. Afasia motorik menyebabkan gangguan pada perencanaan dan pengungkapan ujaran. Kalimat yang terproduksi terpatah-patah karena alat penyuara juga terganggu sehingga seringkali lafalnya menjadi tidak jelas.
            Perawat menerapkan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan variasi gangguan bicara,bahasa, dan suara. Intervensi yang bisa dilakukan adalah terapi wicara,perawat membuat jadwal untuk latihan berbicara dalam meningkatkan kemampuan berbicara  (Sunardi,206,hlm 7).



II.        Metode Penelitian
            Desain penelitian ini adalah true experiment atau rancangan eksperimen sungguhan adalah desain penelitian dimana randomisasi dilakukan dalam mengalokasikan subjek ke dalam kelompok perlakuan dan kelompok control, sehingga membuat kedua kelompok tersebut sebanding.
            Penelitian dilakukan kepada kelompok pasien stroke yang mengalami gangguan bicara selama 7 ahri dengan perlakuan 2 kali sehari. Pengambilan data dilakukan dengan menilai tingkat bicara sebelum dilakukan terapi wicara tanpa menggunakan cermin dan dengan menggunakan cermin.
            Teknik sampel ang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode accidential sampling. Sample diambil dari pasien yang memenhi criteria inklusi sebanyak 18 responsen.
            Alat pengumplan data yang diganakan dari data primer yait data kemampuan bicara denga menggunaan teknik observasi dan data sekunder dari rekam medis pasien.

III.       Hasil Penelitian
1.      Karakteristik usia responden
            Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 55-59 tahun yaitu sebanyak 7 responden (38,9%) dengan skore kemampuan bicara sebelum dilakukan terapi wicara dengan menyebut nama benda misalnya nama hewan berkisar antar skore 7-11 nama hewan menunjukan adanya gangguan berbicara verbal.
2.      Karakterisktik Jenis Kelamin
            Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 10 reponden ( 55,6%). Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penentu resika terkena stroke.
3.      Karaktristik Pekerjaan
            Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden  tidak bekerja yaitu sebanyak 8 responden (44,4%).
4.      Kemampuan bicara sebelum dan setelah dilakukan terapi wicara tanpa menggunakan cermin
            Hasil penelitian menunjukkan untuk responden dengan nilai kemampuan bicara sebelum dilakukan terapi wicara dengan menggunakan cermin paling banyak dengan skor 13 dan nilai skor paling sedikit 6  sedangkan setelah 7  hari terapi wicara tanpa menggunakan cermin paling banyak dengan skor 26 atau 75% dari tes wicara 35 skor tes wicara dan untuk responden paling sedikit dengan nilai skor 17  atau 50% dari tes wicara 35  skor tes wicara. Memiliki selisih mean 12,11 ini mengalami peningkatan yang sedikit.

5.      Kemampuan bicara sebelum dan setelah dilakukan terapi wicara dengan menggunakan cermin
            Hasil penelitian menunjukan responden dengan nilai kemampuan bicara sebelum terapi wicara denagn menggunakan cermin paling banyak dengan skor 12 dan untuk responden dengan nilai kemampuan bicara paling sedikit 5 skor sedangkan setelah 7 hari terapi wicara dengan menggunakan cermin paling banyak dengan skor 35 (100%) dari 35 skor tes wicara dan untuk responden dengan nilai kemampuan bicara paling sedikit denga skor 27 (76%) dari 35 skor tes wicara. Memiliki selisih mean 23,33 ini memiliki peningkatan yang signifikan dikarenakan penggunaan cermin memberikan umpan balik visual.

6.      Efektifitas terapi wicara tanpa menggunakan cermin dan dengan menggunakan cermin
            Hasil uji Independent T-Test memperlihatkan beda rata-rata nilai kemampuan bicara tanpa menggunakan cermin adalah 21,00 dan kemampuan bicara dengan menggunakan cermin adalah 31,33 diperoleh nilai p-value 0,000. Oleh karena lebih kecil dari 0,05  (<0 bicara="" cermin.="" cermin="" da="" dan="" dengan="" diji="" kemampuan="" maka="" menggunakan="" pada="" perbedaan="" span="" tanpa="" telah="" variable="" yaitu="" yang="">
            Berdasarkan uji statistic Independet T-Test dalam penelitian ini diperoleh t hitung 7,159 sedangkan t tabel 1,73 maka terdapat efektifitas penggunaan cermin terhadap kemampuan bicara pada pasien stroke dengan afasia motorik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran

Search